Selasa, 17 Maret 2020

Bagaimana konservasi hutan mangrove sebagai wisata pendidikan?

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Mangrove merupakan lumbung besar penyimpan karbon. Bagi Indonesia, mangrove merupakan kartu negosiasi penting dalam menghadapi perundingan perubahan iklim di Paris, Desember 2015, demikian arahan dari riset terbaru Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terbesar dan memiliki kekayaan hayati yang paling banyak. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Luas penyebaran mangrove terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar 3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada tahun 1993. Kecenderungan penurunan tersebut mengindentifikasikan bahwa terjadi degradasi hutan mangrove yang cukup nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar/tahun. (DepHut,2009).

Bagaimana konservasi hutan mangrove sebagai wisata pendidikan?
  1. Kawasan hutan mangrove atau bakau yang terdapat di sejumlah daerah bila ditata dengan tepat dapat diberdayakan menjadi lokasi pariwisata konservasi alam yang menarik bagi turis.
  2. Membuat aturan untuk sekolah dapat mengadakan study tour di daerah hutan mangrove.
  3. Mengadakan event terkait lingkungan di kawasan hutan mangrove.
  4. Menyebarluaskan informasi destinasi alam ke khalayak umum.
Potensi Ekowisata Mangrove

Menurut Dahuri (1996), alternative pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini meliputi: penelitian ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas/ekoturisme (limited recreation/ecoturism). Potensi rekreasi dalam ekosistem mangrove antara lain (Bahar, 2004):

  • Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis vegetasi mangrove seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutu (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp., Avicenia spp.), akar papan(Heritiera spp.)
  • Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi mangrove seperti Rhizophora spp. dan Ceriops spp.
  • Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi zonasi).
  • Berbagai jenis fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove seperti beraneka ragam jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk pohon serta berbagai jenis fauna yang hidup di dasar mangrove seperti babi hutan, biawak, buaya, ular, udang, ikan, kerang-kerangan, keong, kepiting dan sebagainya
  • Atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove
  • Hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan tumpang sari dan pembuatan garam, bisa menarik wisatawan.

Potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar, berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik dan berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan mangrove.

Partisipasi Masyarakat Lokal

Untuk meningkatkan pengelolaan ekosistem mangrove, perlu dilibatkan masyarakat dalam menyusunan proses perencanaan dan pengelolaan ekosistem ini secara lestari. Dalam pengelolaan secara lestari dapat dikembangkan metodemetode sosial budaya masyarakat setempat yang bersahabat dengan ekosistem mangrove, dalam bentuk penyuluhan, penerangan dan membangkitkan kepedulian masyarkat dalam berperan serta mengelola ekosistem mangrove (Bengen dan Adrianto, 1998).

Menurut Suratmo (1990), manfaat dari partisipasi masyarakat dalam sebuah rencana pembangunan adalah sebagai berikut:

  1.     Masyarakat mendapat informasi mengenai rencana pembangunan di daerahnya
  2.     Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuan mengenai masalah lingkungan, pembangunan dan hubungannya
  3.     Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapat atau persepsinya terhadap pemerintahan terutama masyarakat di tempat pembangunan yang terkena dampak langsung
  4.     Dapat menghindari konflik di antara pihak-pihak yang terkait
  5.     Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan dapat dinikmati dan menghindari dampak negatifnya
  6.     Akan meningkatkan perhatian dari instansi pemerintah yang terkait pada masyarakat setempat. 
Berikut beberapa hutan mangrove di Indonesia yang dibuka untuk wisata:
  1. Hutan Mangrove Muara Angke Jakarta
  2. Hutan Mangrove Rembang
  3. Hutan Mangrove Tapak Tugurejo Semarang
  4. Hutan Mangrove Tarakan
  5. Hutan Mangrove Margomulyo Balikpapan
  6. Hutan Mangrove Kampoeng Nipah
  7. Hutan Mangrove Wanasari Bali
  8. Hutan Mangrove Kulon Progo
  9. Hutan Mangrove Wonorejo Surabaya
  10. Hutan Mangrove Kampung Laut Cilacap

Selasa, 10 Maret 2020

7 Tujuan penulisan laporan fieldtrip atau karya wisata

Laporan perjalanan adalah laporan yang dibuat setelah perjalanan studi dan kunjungan yang dilakukan oleh beberapa sekolah atau universitas. Laporan ini dibuat sebagai laporan pertanggungjawaban untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Laporan perjalanan dibuat baik secara individu maupun dalam grup.

Laporan perjalanan adalah laporan hasil perjalanan atau kunjungan ke suatu lokasi. Laporan ini didasarkan pada pengamatan dan pengamatan objek yang dikunjungi. Isi laporan perjalanan berisi semua kegiatan dari awal keberangkatan hingga perjalanan pulang. Tentu saja, untuk menulis travelog, kita harus mengunjungi suatu tempat. Tempat yang dikunjungi bukan hanya objek wisata, tetapi juga wisata. Laporan perjalanan harus ditulis dalam bahasa yang baik dan jelas dan tidak boleh menyebabkan kesalahpahaman bagi pembaca, disertai dengan fakta-fakta yang lengkap dan menarik untuk dibaca


Berikut 7 Tujuan penulisan laporan fieldtrip atau karya wisata:
  1. Pembelajaran khususnya dalam melatih keterampilan menulis karangan deskripsi
  2. Menambah wawasan mengenai tempat tujuan 
  3. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
  4. Untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan
  5. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air 
  6. Mensyukuri Keindahan Alam 
  7. Untuk mengetahui sejarah serta kebudayaan dari tempat yang telah dikunjungi 
 Semua informasi ini harus dimasukkan untuk laporan resmi. Ini sudah termasuk informasi sesuai dengan:
Bab I (latar belakang, tujuan dan efektivitas)
Bab II (jadwal kegiatan, rencana perjalanan dan biaya pendanaan
Bab III (penyelesaian, rekomendasi, kritik dan lampiran).

Meskipun ada beberapa lembaga yang menulis laporan mereka secara langsung, mereka tidak menggunakan format per bab. Adapun saran perjalanan kreatif umumnya ditambahkan ke desain laporan (contoh di bawah). Berbeda dengan laporan resmi, yang mengharuskan penggunaan kertas A4, misalnya, formatnya juga gratis. Pada dasarnya, desainnya harus semenarik mungkin.

Oh ya, saat menggunakan format ini, umumnya format sesuai bab tidak harus digunakan. Tetapi dengan latar belakang lampiran, tidak terlalu penting untuk mempersingkat studi.
Informasi seperti itu tidak diperlukan untuk artikel. Katakan saja perasaan dan pengalaman yang Anda rasakan saat bepergian. Ini lebih penting dan efektif, terutama jika artikel Anda diterbitkan pada halaman situs web atau situs web Anda (blog).

Dengan koran atau majalah, itu tergantung pada konsentrasi yang diinginkan. Contoh untuk siswa, umum atau orang tua. Oh ya satu hal lagi, jika Anda mengirimnya dalam jenis media ini, menulis 5W + 1H umumnya masih disukai. Tentunya, dengan bahasa yang dinikmati, sehingga pembaca tidak membuka halaman lain dengan kata lain dengan membosankan.